Rabu, 27 Maret 2013

RESENSI NOVEL "Cinta di Kota Serambi"


Perjalanan Cinta Si Miskin
Judul                           : Cinta di Kota Serambi
Pengarang                   : Irzen Hawer
Halaman / ketebalan    : 323 halaman / 2 cm
Penerbit                       : PT. Kuflet Yogyakarta
Peresensi                     : Titis Safitri

Pagi-pagi sekali, di udara yang sangat dingin membuat Syamsu merinding ketakutan sejak kemarin. Karena Syamsu belum membayar SPP yang sudah seminggu lamanya nunggak. Apalagi Jum’at kemarin bendahara memberikan ultimatum, mengumumkan bahwa harus membayar uang SPP hari Senin, bagi yang tidak membawa tidak dibenarkan mengikuti pelajaran. Mendengar ucapan itu Syamsu menjadi takut. Hari senin itu tidak ada satu rupiah pun Syamsu membawa uang untuk membayar SPP, diminta pada Emak, Emak cuma bilang “Nantilah Emak usahakan” itu berarti harapan Syamsu tipis. Emak harus mengutang kesana-sini untuk bayar uang SPP Syamsu. Satu-satunya harapan adalah menunggu ayah pulang dari Padang.
 Setelah ditunggu-tunggu ayah pun datang dan pulang membawa bahan makanan untuk dimasak emak, dan uang recehan hasil jualan ayah. Hati Syamsu jadi sedih melihat penghasilan ayah yang cuma dapat uang recehan.  Tapi Syamsu tidak menyerah karena bagi nya sekolah adalah segala-galanya. Emak yang besar jasanya mengurus Syamsu dan adik-adik. Ayah yang bekerja keras mencari uang supaya kami bisa sekolah, dan bagi Syamsu hidup kami sekeluarga adalah hitam putih.
Keesokan harinya uang pembangunan yang telah dicari ayah dengan susah payah , tapi  Syamsu tak sempat memberikan uang itu kepada bu Anisa Sorga sebagai bendahara. Uang SPP itu telah masuk kekantong Syamsu, sebab bu Anisa hari itu tidak ada. Syamsu berencana membayarkannya hari Senin saja. Tapi karena teman-teman Syamsu mengajak menonton pertandingan sepak bola yang waktu itu sangat heboh-hebohnya. Setelah usai menonton sepak bola, hari hujan dan Syamsu berteduh di depan bioskop di sampingnya orang menjual bakso.
Karena hari dingin, dan bau bakso yang membuat perut jadi lapar. Dan kebetulan ada selembaran uang 20 ribuan yang seharusnya dibayarkan untuk SPP, tapi karena lapar uang itu dipakai untuk membeli bakso. Syamsu pun memakan bakso dengan rakusnya. Setelah itu Syamsu kepikiran dengan susah payah ayahnya mencari uang untuk membayar SPP, tapi malah digunakan untuk mengisi perut, dan Syamsu pun bertekat akan menghemat uang jajan untuk mencukupi Kas Bon yang dibuatnya sendiri dan ingin menyerahkan uang itu kepada bendahara sekolah setelah uang SPP yang diberikanayah terkumpul lagi.
Besoknya di sekolah tidak ada yang istimewa, semua berjalan lancar-lancar aja. Syamsu lebih banyak berdiam diri. Waktu istirahat Syamsu hanya duduk saja di kelas, untuk uang jajan saja Syamsu tidak punya. Syamsu melanjutkan membuat gambar yang disuruh bu guru. Di saat Syamsu melanjutkan menggambar, Minah berdiri di depan pintu bersama teman-temannya sambil mengunyah makanan. Sesekali Minah melirik pada Syamsu. Minah teman sekelas Syamsu yang duduk di belakangnya. Setelah Minah dengan spontan mencela Syamsu dan itu membuat Syamsu sadar. Hal sekecil itu telah menciptakan fondasi yang kokoh tentang arti sebuah dosa dalam sanubari Syamsu. Karena ingin mengganti uang SPP yang diberikan oleh ayahnya, jadi kakak sepupunya menawarkan untuk  berjualan Pinungkuik. Syamsu berangkat ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh kakak sepupunya.
Semakin jauh Syamsu melangkah, semakin banyak uang yang dikantonginya. Matahari pun sudah muncul, saatnya Syamsu berangkat sekolah. Sesampai di sekolah, Minah sudah menunggu Syamsu untuk membuatkan gambar untuk Minah, minah kaget melihat gambar yang dibuat Syamsu, karena Syamsu menulis sebuah kalimat di bawahnya “pohon kehidupan”. Dan jauh dari lubuk hati  Syamsu merasa gembira karena gambar yang dibuatnya dipuji oleh Minah.
Saat ini hati Syamsu sangat sedih karena harus kehilangan Minah. Dan sebelum Minah berangkat ke Medan, mereka berdua saling berjanji, kalau Minah tidak boleh pacaran dengan laki-laki lain, dan begitu sebaliknya. Dengan janji mereka tersebut, Syamsu dan Minah lega untuk berpisah. Belum lagi luka dihati Syamsu hilang karena ditinggal Minah, datang lagi pikiran baru untuk menghadapi ujian akhir sekolah. Menanti detik-detik ujian berakhir Syamsu pun bernazar yaitu ingin ketemu dengan Minah walaupun cuma sebentar. Padahal Minah akan melanjutkan sekolah di kampung juga. Syamsu berniat, setelah lulus nanti dia ingin  melanjutkan ke SMA untuk mencapai cita-cita biar orang tuanya tidak susah lagi, dan Syamsu ingin merubah nasib keluarganya.
Kesimpulan
Syamsu seorang anak yang berbakti pada orang tuanya, Syamsu tak ingin membebani orang tuanya dengan biaya sekolah nya. Jadi novel ini sangat layak untuk dibaca oleh para pemuda, karena dengan membaca novel ini, kita akan mendapatkan inspirasi baru. Bahwa hidup itu butuh perjuangan dan kerja keras, itulah kisah seorang anak yang bernama Syamsu.
Kelebihan
Dengan membaca novel ini, kita jadi tahu arti hidup yang sesungguhnya. Novel ini memberikan banyak inspirasi bagi pembaca. Kemudian novel ini mampu membangun konflik dari dirinya menjadi milik pembaca, dan juga novel ini menceritakan seorang anak yang berusaha untuk keluar dari kemiskinan.
Kelemahan
Novel ini memiliki kelemahan dalam kosa kata yang sangat bertele-tele, sehingga susah untuk dipahami.novel ini juga terlalu detail menceritakan kehidupannya seperti, “ Saya menunggu Minah di halte, halte itu berwarna merah dan terdapat di dekat zebra cross, yang guna halte untuk menunggu bus untuk penumpang”. Kaimat di atas termasuk kelemahan karena , menurut saya tidak perlu menceritakan apa itu halte. Kemudian jalan cerita tidak sambung menyambung, tetapi meloncat antara Bab ke Bab, jadi susah untuk di pahami.kemudian pembahasaan novelis banyak menggunakan bahasa daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar