Perjalanan Cinta Si Miskin
Judul : Cinta di Kota
Serambi
Pengarang : Irzen Hawer
Halaman
/ ketebalan : 323 halaman / 2 cm
Penerbit : PT. Kuflet Yogyakarta
Peresensi : Titis Safitri
Pagi-pagi
sekali, di udara yang sangat dingin membuat Syamsu merinding ketakutan sejak
kemarin. Karena Syamsu belum membayar SPP yang sudah seminggu lamanya nunggak.
Apalagi Jum’at kemarin bendahara memberikan ultimatum, mengumumkan bahwa harus
membayar uang SPP hari Senin, bagi yang tidak membawa tidak dibenarkan
mengikuti pelajaran. Mendengar ucapan itu Syamsu menjadi takut. Hari senin itu
tidak ada satu rupiah pun Syamsu membawa uang untuk membayar SPP, diminta pada
Emak, Emak cuma bilang “Nantilah Emak usahakan” itu berarti harapan Syamsu
tipis. Emak harus mengutang kesana-sini untuk bayar uang SPP Syamsu.
Satu-satunya harapan adalah menunggu ayah pulang dari Padang.
Setelah ditunggu-tunggu ayah pun datang dan
pulang membawa bahan makanan untuk dimasak emak, dan uang recehan hasil jualan
ayah. Hati Syamsu jadi sedih melihat penghasilan ayah yang cuma dapat uang
recehan. Tapi Syamsu tidak menyerah
karena bagi nya sekolah adalah segala-galanya. Emak yang besar jasanya mengurus
Syamsu dan adik-adik. Ayah yang bekerja keras mencari uang supaya kami bisa
sekolah, dan bagi Syamsu hidup kami sekeluarga adalah hitam putih.
Keesokan
harinya uang pembangunan yang telah dicari ayah dengan susah payah , tapi Syamsu tak sempat memberikan uang itu kepada
bu Anisa Sorga sebagai bendahara. Uang SPP itu telah masuk kekantong Syamsu,
sebab bu Anisa hari itu tidak ada. Syamsu berencana membayarkannya hari Senin
saja. Tapi karena teman-teman Syamsu mengajak menonton pertandingan sepak bola
yang waktu itu sangat heboh-hebohnya. Setelah usai menonton sepak bola, hari
hujan dan Syamsu berteduh di depan bioskop di sampingnya orang menjual bakso.
Karena
hari dingin, dan bau bakso yang membuat perut jadi lapar. Dan kebetulan ada
selembaran uang 20 ribuan yang seharusnya dibayarkan untuk SPP, tapi karena
lapar uang itu dipakai untuk membeli bakso. Syamsu pun memakan bakso dengan
rakusnya. Setelah itu Syamsu kepikiran dengan susah payah ayahnya mencari uang
untuk membayar SPP, tapi malah digunakan untuk mengisi perut, dan Syamsu pun
bertekat akan menghemat uang jajan untuk mencukupi Kas Bon yang dibuatnya
sendiri dan ingin menyerahkan uang itu kepada bendahara sekolah setelah uang
SPP yang diberikanayah terkumpul lagi.
Besoknya
di sekolah tidak ada yang istimewa, semua berjalan lancar-lancar aja. Syamsu
lebih banyak berdiam diri. Waktu istirahat Syamsu hanya duduk saja di kelas,
untuk uang jajan saja Syamsu tidak punya. Syamsu melanjutkan membuat gambar
yang disuruh bu guru. Di saat Syamsu melanjutkan menggambar, Minah berdiri di
depan pintu bersama teman-temannya sambil mengunyah makanan. Sesekali Minah
melirik pada Syamsu. Minah teman sekelas Syamsu yang duduk di belakangnya.
Setelah Minah dengan spontan mencela Syamsu dan itu membuat Syamsu sadar. Hal
sekecil itu telah menciptakan fondasi yang kokoh tentang arti sebuah dosa dalam
sanubari Syamsu. Karena ingin mengganti uang SPP yang diberikan oleh ayahnya,
jadi kakak sepupunya menawarkan untuk
berjualan Pinungkuik. Syamsu berangkat ke tempat-tempat yang telah
ditentukan oleh kakak sepupunya.
Semakin
jauh Syamsu melangkah, semakin banyak uang yang dikantonginya. Matahari pun
sudah muncul, saatnya Syamsu berangkat sekolah. Sesampai di sekolah, Minah sudah
menunggu Syamsu untuk membuatkan gambar untuk Minah, minah kaget melihat gambar
yang dibuat Syamsu, karena Syamsu menulis sebuah kalimat di bawahnya “pohon
kehidupan”. Dan jauh dari lubuk hati
Syamsu merasa gembira karena gambar yang dibuatnya dipuji oleh Minah.
Saat
ini hati Syamsu sangat sedih karena harus kehilangan Minah. Dan sebelum Minah
berangkat ke Medan, mereka berdua saling berjanji, kalau Minah tidak boleh
pacaran dengan laki-laki lain, dan begitu sebaliknya. Dengan janji mereka
tersebut, Syamsu dan Minah lega untuk berpisah. Belum lagi luka dihati Syamsu
hilang karena ditinggal Minah, datang lagi pikiran baru untuk menghadapi ujian
akhir sekolah. Menanti detik-detik ujian berakhir Syamsu pun bernazar yaitu
ingin ketemu dengan Minah walaupun cuma sebentar. Padahal Minah akan
melanjutkan sekolah di kampung juga. Syamsu berniat, setelah lulus nanti dia
ingin melanjutkan ke SMA untuk mencapai
cita-cita biar orang tuanya tidak susah lagi, dan Syamsu ingin merubah nasib
keluarganya.
Kesimpulan
Syamsu seorang anak
yang berbakti pada orang tuanya, Syamsu tak ingin membebani orang tuanya dengan
biaya sekolah nya. Jadi novel ini sangat layak untuk dibaca oleh para pemuda,
karena dengan membaca novel ini, kita akan mendapatkan inspirasi baru. Bahwa
hidup itu butuh perjuangan dan kerja keras, itulah kisah seorang anak yang
bernama Syamsu.
Kelebihan
Dengan membaca novel
ini, kita jadi tahu arti hidup yang sesungguhnya. Novel ini memberikan banyak
inspirasi bagi pembaca. Kemudian novel ini mampu membangun konflik dari dirinya
menjadi milik pembaca, dan juga novel ini menceritakan seorang anak yang
berusaha untuk keluar dari kemiskinan.
Kelemahan
Novel ini memiliki
kelemahan dalam kosa kata yang sangat bertele-tele, sehingga susah untuk
dipahami.novel ini juga terlalu detail menceritakan kehidupannya seperti, “ Saya
menunggu Minah di halte, halte itu berwarna merah dan terdapat di dekat zebra
cross, yang guna halte untuk menunggu bus untuk penumpang”. Kaimat di atas
termasuk kelemahan karena , menurut saya tidak perlu menceritakan apa itu
halte. Kemudian jalan cerita tidak sambung menyambung, tetapi meloncat antara
Bab ke Bab, jadi susah untuk di pahami.kemudian pembahasaan novelis banyak
menggunakan bahasa daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar